Mitos Gunung Merapi Jogja: Dari Kerajaan Gaib hingga Pasar Bubrah

Khuyanime - Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Gunung ini terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dikenal karena aktivitas vulkaniknya yang sering menyebabkan erupsi, Gunung Merapi juga memiliki sejumlah mitos yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Mitos-mitos tersebut berkaitan dengan asal-usul, sejarah, dan kehidupan gaib di Gunung Merapi. Berikut ini adalah beberapa mitos Gunung Merapi Jogja yang terpopuler:

Kerajaan Gaib

Mitos pertama adalah tentang adanya kerajaan gaib yang berada di Gunung Merapi. Kerajaan gaib ini disebut sebagai Keraton Merapi atau Keraton Kethek. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Mbah Maridjan atau Mbah Petruk. Mbah Maridjan diyakini sebagai juru kunci atau penjaga Gunung Merapi yang ditunjuk oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Mbah Maridjan bertugas untuk menjaga keseimbangan antara alam dan manusia, serta berkomunikasi dengan makhluk halus yang tinggal di Gunung Merapi.

Keraton Merapi diyakini memiliki hubungan yang erat dengan Keraton Yogyakarta. Bahkan, ada beberapa ritual adat yang dilakukan oleh kedua keraton tersebut, seperti Labuhan Merapi dan Grebeg Merapi. Labuhan Merapi adalah upacara untuk mempersembahkan sesaji kepada Gunung Merapi sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan. Grebeg Merapi adalah upacara untuk memperingati hari jadi Keraton Yogyakarta dengan mengarak gunungan atau tumpeng raksasa dari Keraton Yogyakarta ke Keraton Merapi.

Pintu Gerbang

Mitos kedua adalah tentang adanya pintu gerbang yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib di Gunung Merapi. Pintu gerbang ini berada di sebuah gunung kecil yang disebut sebagai Gunung Wutoh atau Gunung Wukir. Gunung Wutoh terletak di lereng selatan Gunung Merapi, tepatnya di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Gunung Wutoh diyakini sebagai tempat tinggal Nyai Gadung Melati, seorang putri cantik yang menjadi istri Mbah Maridjan. Nyai Gadung Melati juga dikenal sebagai ratu bunga atau ratu tanaman karena memiliki kekuatan untuk mengendalikan tumbuh-tumbuhan di Gunung Merapi. Konon, jika Nyai Gadung Melati sedang marah atau sedih, maka tumbuh-tumbuhan di Gunung Merapi akan layu atau mati.

Pintu gerbang di Gunung Wutoh hanya bisa dilewati oleh orang-orang tertentu yang memiliki izin dari Mbah Maridjan atau Nyai Gadung Melati. Orang-orang yang berhasil melewati pintu gerbang ini akan masuk ke dunia gaib yang penuh dengan keindahan dan kemewahan. Namun, orang-orang yang tidak memiliki izin atau berniat jahat akan mengalami hal-hal buruk, seperti tersesat, sakit, atau bahkan mati.

Pasar Bubrah

Mitos ketiga adalah tentang adanya pasar gaib yang berada di puncak Gunung Merapi. Pasar gaib ini disebut sebagai Pasar Bubrah atau Pasar Gede. Pasar Bubrah merupakan sebuah kawah besar yang terbentuk akibat letusan besar Gunung Merapi pada masa lalu. Pasar Bubrah memiliki diameter sekitar 500 meter dan kedalaman sekitar 200 meter.

Pasar Bubrah diyakini sebagai tempat berkumpulnya makhluk-makhluk halus dari berbagai jenis dan golongan. Di sini, mereka berdagang berbagai barang, seperti emas, permata, senjata, obat-obatan, hingga makanan. Barang-barang yang diperdagangkan di Pasar Bubrah dikatakan memiliki kualitas yang sangat tinggi dan harga yang sangat murah. Namun, barang-barang tersebut hanya bisa dilihat dan digunakan oleh makhluk halus, tidak oleh manusia.

Pasar Bubrah hanya buka pada malam hari, terutama pada malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon. Pada saat itu, suara-suara ramai dan riuh dari Pasar Bubrah bisa terdengar oleh manusia yang berada di sekitar Gunung Merapi. Namun, jika ada manusia yang berani mendekati atau masuk ke Pasar Bubrah, maka mereka akan menghadapi bahaya yang besar, seperti diserang, diculik, atau dibawa ke dunia gaib.

Itulah beberapa mitos Gunung Merapi Jogja yang masih dipercaya oleh masyarakat. Mitos-mitos tersebut menunjukkan bahwa Gunung Merapi memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat sekitar. Meskipun demikian, mitos-mitos tersebut tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk mengabaikan kewaspadaan dan keselamatan saat berada di kawasan Gunung Merapi. Sebagai gunung berapi yang aktif, Gunung Merapi selalu berpotensi untuk meletus kapan saja. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikuti arahan dan anjuran dari pihak berwenang terkait dengan status dan aktivitas Gunung Merapi.

Sumber: 




Posting Komentar